Mungkinkah Rudal Taktis AS Mengubah Jalannya Perang di Ukraina?

7 min read

Mungkinkah Rudal Taktis AS Mengubah Jalannya Perang di Ukraina?

Berita Viral Okewla Setelah mengirim HiMARS, rudal Patriot, rudal Storm Shadow, hingga tank Leopard, kini sekutu Ukraina berencana mengirim ATACMS di tengah kritik tajam soal perang. Akankah rudal itu mengubah peta di lapangan?

Salah satu rudal yang ditembakkan militer Ukraina ke Pelabuhan Sevastopol, 13 September 2023, merusak kapal selam dan kapal pendarat besar milik Angkatan Laut Rusia. Serangan itu menjadi yang paling signifikan sejak Rusia menyerbu Ukraina pada Februari 2022.

Namun, bagi Ukraina dan sekutunya, serangan ini seperti kurang gereget. Meski telah menggunakan rudal jelajah buatan Inggris-Perancis, Storm Shadow atau SCALP-EG, Ukraina menilai daya rusaknya tidak cukup hebat.

Selain karena senjata-senjata itu dipasok dalam jumlah terbatas, rudal hanya bisa ditembakkan via udara. Padahal, ruang udara Ukraina masih belum dikuasai sepenuhnya. Sebab, jet tempur Ukraina masih kalah jauh saat melakukan pertempuran di udara dengan jet-jet tempur Rusia yang lebih digdaya.

Karena itu, Kyiv bersorak kala Washington setuju memberikan rudal taktis untuk angkatan darat AS atau ATACMS. ”Dua hal yang paling mereka inginkan adalah ATACMS dan jet tempur F-16, yang memiliki makna simbolis yang kuat bagi Ukraina,” kata Mark F Cancian, peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional, dikutip dari laman majalah Time.

Sejumlah pilot Ukraina saat ini tengah berlatih menggunakan F-16. Para pejabat AS menyebut, pesawat-pesawat itu diperkirakan akan dikirim ke Ukraina pada akhir 2023. Sejauh ini, Belanda dan Denmark berkomitmen menyediakan hingga 61 unit F-16 meski jumlah pastinya belum jelas.

Rudal taktis

Mungkinkah Rudal Taktis AS Mengubah Jalannya Perang di Ukraina?

ATACMS atau yang lebih mudah dibaca ”attack ’ems” (serang mereka) adalah sitem rudal balistik berpemandu yang diluncurkan dari darat untuk sasaran di darat. Dalam istilah Inggris, sistem itu dikenal sebagai guided surface-to-surface ballistic missile.

Jangkauan ATACMS bisa mencapai 300 kilometer. Kini, tidak ada satu pun amunisi hibah Barat untuk Ukraina yang bisa menjangkau sejauh itu.

Rudal itu dirancang menyerang sasaran yang jauh di dalam arena perlindungan persenjataan musuh, seperti pos komando, sistem pertahanan udara, pusat komunikasi hingga logistik. Rudal ini juga pernah digunakan AS saat Perang Teluk dan Irak.

 

Menurut produsennya, Lockheed Martin, beberapa negara sekutu dan mitra AS mengoperasikan rudal itu. Di Eropa, ATACMS antara lain dipakai Polandia dan Yunani. Rudal itu juga dioperasikan antara lain oleh Turki, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab.

Rudal ATACMS tidak memerlukan sistem peluncur khusus. Rudal itu bisa dipakai di peluncur roket gerak cepat (HIMARS) atau peluncur roket multilaras (MLRS). Ukraina sudah punya kedua jenis peluncur itu sejak 2022.

Peneliti pada Program Pertahanan dan Keamanan Transatlantik Pusat Analisis Keamanan Eropa, Federico Bosari, menyebut, kecepatan ATACMS yang sampai 3.700 kilometer per jam membuatnya sulit dicegat. Selain itu, sebagaimana dikutip dari laman Kyiv Independent, akurasi ATACMS tergolong tinggi.

Ia menduga, Washington akan memberikan ATACMS versi blok 1A. Versi itu bisa mengangkut hingga 300 unit bom curah antipersonel. Versi itu dibuat pada 1997-2003. AS antara lain pernah memakainya untuk menyerang sejumlah sasaran di Irak.

”Mengingat karakteristik ini, rudal ATACMS akan sangat berguna untuk menghancurkan sasaran stragis besar dan tidak bergerak seperti pangkalan udara, instalasi militer besar, radar, area penempatan pasukan utama, situs pertahanan udara,” kata Borsari.

Sementara pakar di Pusat Strategi Pertahanan Ukraina, Viktor Kevliuk, menyebut bahwa ATACMS bisa diluncurkan dalam segala kondisi cuaca. Hal ini menjadi nilai plus bagi ATACMS. Sebab, sering kali serangan udara tidak bisa dilakukan karena halangan cuaca.

Alasan lain Ukraina membutuhkan ATACMS, menurut Kevliuk, adalah menghadapi pertahanan udara Rusia yang tangguh. Kerusakan sistem pertahanan udara Rusia akan memungkinkan jet tempur Ukraina yang kalah pamor dari jet tempur Rusia terbang lebih jauh ke wilayah pendudukan Rusia dan menyerang sasaran di sana.

Dengan jangkauan 300 kilometer, Ukraina dapat menggunakan ATACMS untuk mencapai hampir semua target di wilayahnya yang diduduki Rusia. Hal itu termasuk pangkalan Armada Laut Hitam Rusia di Sevastopol dan jembatan Crimea yang digunakan oleh Rusia untuk memasok pasukannya di selatan Ukraina.

Secara teoretis, ATACMS juga memungkinkan Ukraina menyerang sasaran lebih jauh di wilayah Rusia. Namun, Kyiv telah berjanji untuk menggunakan ATACMS hanya di dalam wilayah Ukraina.

Sejak Mei 2023, Ukraina mulai menggunakan rudal Storm Shadow/SCALP. Jangkauan maksimum Storm Shadow hingga 250 kilometer. Namun, rudal-rudal itu punya kelemahan dalam konteks Ukraina. Rudal itu hanya bisa ditembakkan dari udara. Kondisi cuaca dan jet tempur Ukraina yang terbatas jadi penghalang penggunaan SCALP/Storm Shadow.

ATACMS tidak punya masalah itu. Selain itu, daya rusak ATACMS dinilai lebih besar dibandingkan Storm Shadow.

Bila menjadi bagian dari persenjataan Ukraina, ATACMS akan menjadi rudal serangan darat jangkauan jauh kedua milik Ukraina. Sebelum ini, Ukraina punya rudal laut R-360 Neptune yang dibuat sendiri oleh Kyiv.

Ukraina dilaporkan menggunakan rudal itu untuk menyerang artileri pertahanan udara S-400 Rusia di Crimea. Varian modifikasi rudal ini bisa menjangkau hingga 400 kilometer. Masalahnya, jumlah Neptune hanya beberapa lusin saja.

Kritik dan pandangan lain

Mungkinkah Rudal Taktis AS Mengubah Jalannya Perang di Ukraina?

Perang di Ukraina yang belum usai dan efek globalnya yang menyengsarakan sebagian warga dunia telah dikritik banyak pihak. Bahkan, perang itu memicu perpecahan. Berbagai forum pertemuan menjadi pentas bagi para pendukung dan para pengkritik untuk menyampaikan padangannya tentang perang ini.

Upaya untuk mencari jalan damai pun belum menemukan titik temu. Sementara produksi senjata dan pengirimannya terus berlangsung.

Pemimpin tertinggi Katolik, Paus Fransiskus, secara terang-terangan mengkritik para produsen senjata. ”Bagi saya, kepentingan dalam perang ini bukan hanya terkait dengan masalah Ukraina-Rusia, melainkan juga penjualan senjata, perdagangan senjata,” katanya di sela lawatan ke Marseille, Perancis.

Paus menggambarkan apa yang tengah dilihatnya di Ukraina sebagai paradoks dan pada akhirnya menjerumuskan rakyat Ukraina sebagai martir. Paus Fransiskus telah lama mengecam industri senjata sebagai ”pedagang kematian”. Di sisi lain, ia juga menegaskan hak negara untuk membela diri.

”Kita tidak bisa bermain-main dengan kemartiran rakyat Ukraina. Kita harus membantu menyelesaikan masalah dengan cara yang memungkinkan,” ujarnya.

Juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, mencoba meluruskan pernyataan Paus. Dia menyatakan, Paus tidak mengambil sikap mengenai apakah negara-negara harus terus mengirim senjata ke Ukraina atau berhenti mengirimnya.

”Ini adalah cerminan dari konsekuensi industri senjata. Paus mencoba menyampaikan paradoks, yaitu bahwa mereka yang memperdagangkan senjata tidak pernah menanggung konsekuensi dari pilihannya (memperdagangkan dan mengirimkan senjata). Namun, membiarkannya dibayar oleh orang-orang, seperti warga Ukraina, yang menjadi martir,” kata Bruni.

Bila kritik Paus Fransiskus lebih ditujukan pada para produsen dan senjata yang (mungkin) mengambil cuan dari kerusakan serta penderitaan rakyat Ukraina, pandangan mengenai rencana pengiriman ATACMS sebagai pengubah permainan muncul.

Analis senior Institut Internasional untuk Studi Strategis, Franz-Stephan Gady, lewat tulisan Foreign Policy menyebut, gagasan ada jalan pintas menuju kemenangan, dengan mengirimkan sistem persenjataan atau persenjataan baru yang lebih canggih dan daya rusak lebih hebat, adalah sangat berbahaya.

Setelah lebih dari 18 bulan perang yang sengit dan melelahkan, menjadi jelas bahwa tidak ada senjata ajaib dan tidak ada alternatif lain selain mengurangi pasukan Rusia di Ukraina secara perlahan dan metodis.

Menurut Gady, pengiriman senjata baru yang mematikan dan memiliki daya rusak lebih hebat berisiko melemahkan dukungan Barat terhadap Ukraina. Pengiriman senjata baru dengan teknologi yang lebih maju dinilainya berpeluang untuk menciptakan konflik di antara sekutu itu sendiri. Hal ini terutama bisa terjadi ketika persenjataan tidak bisa menghasilkan kerusakan luar biasa pada Rusia.

Berita Viral China Ancam Mengebom Nuklir! Jepang Jika Ikut Campur soal Taiwan

Gady menyebut, pandangan yang dikemukakan Michael Kofman dan Rob Lee yang mengusulkan serangan jauh ke dalam wilayah lawan jauh lebih sulit daripada yang disampaikan para komentator perang. Akan sangat sulit bagi Ukraina untuk menghalangi jalur pasokan atau melakukan pengendalian tembakan di bagian belakang tanpa superioritas udara.

Untuk menyerang jauh ke Rusia secara sistematis, Ukraina memerlukan intelijen yang gigih, serta kemampuan pengawasan dan pengintaian yang lebih baik (seperti satelit dan kendaraan udara tanpa awak). Hal itu untuk mengidentifikasi dan melacak target Rusia.

”Mengingat tindakan balasan yang efektif dari Rusia—seperti gangguan elektromagnetik pada drone, dan kurangnya perangkat pengintaian kelas atas di Ukraina serta kurangnya kendali atas langit—cakupan yang terus-menerus di bagian belakang Rusia merupakan hal yang sulit dilakukan,” tulis Gady.

Harapan bahwa rudal Taurus dari Jerman dan ATACMS akan menjadi pengubah perang sepertinya mengabaikan adaptasi militer Rusia sejak Ukraina menggunakan HIMARS. Pasukan Rusia telah memperkuat pos komando dan kendali, mendiversifikasi jaringan pasokan mereka, dan tidak lagi mengandalkan gudang amunisi yang besar dan rentan di dekat garis depan.

Sekalipun Ukraina mampu menggunakan rudal jarak jauh secara lebih sistematis dalam jumlah yang lebih besar, menurut Gady, masih belum jelas seberapa efektif serangan tersebut terhadap musuh yang memiliki pertahanan udara dan rudal yang canggih serta kemampuan peperangan elektronik yang kuat.

”Fakta bahwa rudal jelajah Taurus atau ATACMS kemungkinan besar tidak akan menjadi pengubah permainan di medan perang tidak berarti bahwa rudal tersebut tidak boleh dikirim. Sebaliknya, dukungan Barat untuk mempertahankan kemampuan serangan. Salah satu cara untuk meningkatkan potensi efektivitas rudal adalah dengan mencabut pembatasan penggunaannya,” tulis Gady. (AP/REUTERS)

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours