Wanita Asal Israel Beberkan Perlakuan Hamas Selama Dirinya Di Sandra

2 min read

Wanita Asal Israel Beberkan Perlakuan Hamas Selama Dirinya Di Sandra

Salah satu dari dua wanita Asal Israel yang baru saja dibebaskan oleh Hamas menuturkan pengalamannya selama disandera di Jalur Gaza. Nenek berusia 85 tahun itu mengatakan dirinya sempat dipukuli milisi Hamas pada awal-awal dibawa ke Jalur Gaza, namun kemudian diperlakukan dengan baik selama dua pekan dirinya di sandra.
Seperti dilansir Al Arabiya dan Reuters, Selasa (24/10/2023), Yocheved Lifshitz (85) merupakan salah satu dari dua wanita Asal Israel — satu lagi bernama Nurit Cooper (79) — yang dibebaskan oleh Hamas pada Senin (23/10) malam waktu setempat.

Dengan pembebasan keduanya, diperkirakan masih ada sekitar 220 orang yang masih disandera oleh Hamas sejauh ini. Para sandera yang kebanyakan warga Israel itu dibawa ke Jalur Gaza dan disekap setelah Hamas melancarkan serangan mematikan ke wilayah Israel pada 7 Oktober lalu.

“Saya telah melewati masa-masa sulit, kami tidak berpikir atau mengira bahwa kami akan mengalami situasi ini,” tuturnya saat berbicara kepada awak media di sebuah rumah sakit di Tel Aviv, tempatnya dirawat setelah dibebaskan Hamas.

Terlihat lemah, Lifshitz mengatakan dirinya dibawa dengan sepeda motor dari kibbutz — area pemukiman di Israel — yang menjadi tempat tinggalnya ke wilayah Jalur Gaza.

“Ketika saya berada di atas sepeda motor, kepala saya berada di satu sisi dan seluruh tubuh saya di sisi yang lain,” ucapnya.

“Orang-orang itu memukuli saya dalam perjalanan, mereka tidak mematahkan tulang rusuk saya tapi itu sangat menyakiti saya, dan saya kesulitan bernapas,” ujar Lifshitz sembari duduk di kursi roda.

Begitu tiba di Jalur Gaza, Lifshitz menuturkan bahwa para penculiknya membawa dirinya ke dalam terowongan yang menurutnya mirip dengan ‘jaring laba-laba’. Lokasi mereka disandera, sebut Lifshitz, sempat digempur beberapa kali.

Dia kemudian mengatakan bahwa Hamas memperlakukan dirinya dengan lembut dan memenuhi kebutuhannya selama disandera.

“Mereka memperlakukan kami dengan baik,” tuturnya.

Lifshitz juga menuturkan bahwa seorang dokter mengunjungi dirinya dan sandera lainnya setiap dua hingga tiga hari. Dia menyebut dokter itu juga memastikan dirinya dan para sandera lainnya menerima obat-obatan yang sama dengan yang mereka konsumsi di Israel.

Ditambahkan oleh Lifshitz bahwa dia menilai militer Israel tidak menganggap ancaman Hamas dengan cukup serius. Dia menyebut pagar keamanan yang mahal dan dimaksudkan untuk mencegah masuknya militer ke wilayah Israel ‘tidak membantu sama sekali’.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours